Yah,
kita sering mendengar dari orang tua – orang tua dulu, bahkan masih ada hingga
sekarang yang mengatakan bahwa banyak anak, banyak rezeki. Namun disadari atau
tidak, semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak pula tenaga kerja
yang tersedia.
Akan sangat beruntung apabila suatu negara memiliki tenaga kerja
yang bukan hanya besar dalam ukuran namum juga besar dalam kualitas. Kualitas disini
bisa dalam artian, memiliki pendidikan yang baik, katakanlah sebagian besar penduduk
pada usia kerja memiliki tingkat pendidikan sarjana muda, memiliki ketrampilan dan
pengetahuan yang baik. Tenaga kerja – tenaga kerja ini tidak hanya dibutuhkan
di dalam negeri namun juga dibutuhkan di negara-negara lain yang membutuhkan
tenaga-tenaga ahli.
Namun
apa jadinya apabila jumlah tenaga kerja yang banyak ini tidak dibarengi dengan pengetahuan
& ketrampilan yang cukup ?
Sesuai
dengan hukum supply and demand yang
kita ketahui, tenaga kerja yang berlimpah namun sedikit permintaan dari dunia
industri (kerja) maka yang terjadi adalah murahnya biaya tenaga kerja. Ini
terbukti ketika sekelompok pekerja yang berprofesi sebagai ‘pembersih
lingkungan’ tidak bisa meminta kenaikan upah yang layak dikarenakan mereka
mendapat ancaman dari pihak pemberi kerja yang menyatakan apabila mereka
menolak dengan upah yang telah ditentukan, maka mereka akan mencari orang lain
yang bersedia bekerja dengan upah tidak layak tersebut.
Kalau
Anda memperhatikan negara-negara maju seperti Inggris, Amerika atau Denmark,
orang-orang yang memiliki profesi yang sama, sebagai ‘tukang sampah’, namun mereka
memiliki upah yang lebih dari layak. Bahkan mereka bangga dengan apa yang
dilakukannya tersebut. Jumlah penduduk mereka sedikit, namun kebutuhan akan tenaga
kerjanya berlimpah.
Tidak
heran jika sebagian besar perusahaan-perusahaan dunia yang berbasis di Eropa atau
Amerika membuat perusahaan cabang untuk memenuhi kebutuhan di pasar Asia Pasific
ditempatkan di China atau India. Bahkan ditempatnya sendiri, perusahaan-perusahaan
tersebut lebih cenderung mencari tenaga kerja dari Asia yang konon masih
bersedia dibayar dibawah penduduk asli. Tujuannya jelas, mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya.
Di
kedua negara tersebut tenaga kerja sangat murah, biaya material-nya pun murah
jika dibanding negara-negara sekawasan. Jumlah penduduk yang besar namun tidak
diikuti oleh perbaikan kualitas individu-individu di usia kerja. Negara
kewalahan karena anggaran untuk membantu dana pendidikan, kesehatan dan tempat
tinggal tidak sebanding dengan banyaknya penduduk.
Maka
istilah KB atau “2 anak saja cukup”
yang dicanangkan oleh pemerintah bukan isapan jempol belaka. Program tersebut
bukan sekedar slogan ataupun pemanis kata dari pemerintah yang enggan mengurus
rakyatnya. Control terhadap jumlah
penduduk dalam sebuah negara perlu dilakukan bilamana yang diharapkan adalah sebuah
negara yang maju, layak huni dan berkualitas.
-
Untuk Indonesia lebih baik -
No comments:
Post a Comment