Thursday, November 21, 2013

Banyak Anak Negara Bisa Bermasalah




Yah, kita sering mendengar dari orang tua – orang tua dulu, bahkan masih ada hingga sekarang yang mengatakan bahwa banyak anak, banyak rezeki. Namun disadari atau tidak, semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak pula tenaga kerja yang tersedia. 

Akan sangat beruntung apabila suatu negara memiliki tenaga kerja yang bukan hanya besar dalam ukuran namum juga besar dalam kualitas. Kualitas disini bisa dalam artian, memiliki pendidikan yang baik, katakanlah sebagian besar penduduk pada usia kerja memiliki tingkat pendidikan sarjana muda, memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang baik. Tenaga kerja – tenaga kerja ini tidak hanya dibutuhkan di dalam negeri namun juga dibutuhkan di negara-negara lain yang membutuhkan tenaga-tenaga ahli. 

Namun apa jadinya apabila jumlah tenaga kerja yang banyak ini tidak dibarengi dengan pengetahuan & ketrampilan yang cukup ? 

Sesuai dengan hukum supply and demand yang kita ketahui, tenaga kerja yang berlimpah namun sedikit permintaan dari dunia industri (kerja) maka yang terjadi adalah murahnya biaya tenaga kerja. Ini terbukti ketika sekelompok pekerja yang berprofesi sebagai ‘pembersih lingkungan’ tidak bisa meminta kenaikan upah yang layak dikarenakan mereka mendapat ancaman dari pihak pemberi kerja yang menyatakan apabila mereka menolak dengan upah yang telah ditentukan, maka mereka akan mencari orang lain yang bersedia bekerja dengan upah tidak layak tersebut. 

Kalau Anda memperhatikan negara-negara maju seperti Inggris, Amerika atau Denmark, orang-orang yang memiliki profesi yang sama, sebagai ‘tukang sampah’, namun mereka memiliki upah yang lebih dari layak. Bahkan mereka bangga dengan apa yang dilakukannya tersebut. Jumlah penduduk mereka sedikit, namun kebutuhan akan tenaga kerjanya berlimpah.

Tidak heran jika sebagian besar perusahaan-perusahaan dunia yang berbasis di Eropa atau Amerika membuat perusahaan cabang untuk memenuhi kebutuhan di pasar Asia Pasific ditempatkan di China atau India. Bahkan ditempatnya sendiri, perusahaan-perusahaan tersebut lebih cenderung mencari tenaga kerja dari Asia yang konon masih bersedia dibayar dibawah penduduk asli. Tujuannya jelas, mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

Di kedua negara tersebut tenaga kerja sangat murah, biaya material-nya pun murah jika dibanding negara-negara sekawasan. Jumlah penduduk yang besar namun tidak diikuti oleh perbaikan kualitas individu-individu di usia kerja. Negara kewalahan karena anggaran untuk membantu dana pendidikan, kesehatan dan tempat tinggal tidak sebanding dengan banyaknya penduduk.

Maka istilah KB atau “2 anak saja cukup” yang dicanangkan oleh pemerintah bukan isapan jempol belaka. Program tersebut bukan sekedar slogan ataupun pemanis kata dari pemerintah yang enggan mengurus rakyatnya. Control terhadap jumlah penduduk dalam sebuah negara perlu dilakukan bilamana yang diharapkan adalah sebuah negara yang maju, layak huni dan berkualitas.

-       Untuk Indonesia lebih baik -

Monday, April 29, 2013



Alhamdulillah… terimakasih Ya Allah atas segala nikmat, rahmat dan rizqi yang telah Engkau limpahkan kepada hamba hingga malam hari ini. Atas ijin dan kuasa-Mu, hari ini sampailah pula hamba merasakan nikmat umur yang ke-30 dalam keadaan sehat wal afiat dan berkecukupan tentunya.

Memasuki ‘kepala 3’ ini hamba bermohon kepada-Mu, semoga hamba menjadi pribadi yang lebih sabar, lebih kuat, lebih berani dan lebih ikhlas meghadapi segala ujian (cobaan) hidup dan melebihkan kasih sayang kepada keluarga, teman-teman dan sesama. 

Hamba juga bermohon, untuk kedua orangtua, saudara, teman dan terutama istri tercinta, semoga juga mendapatkan nikmat lebih dari Allah SWT, yaitu panjang usia yang disertai dengan kesehatan fisik dan hati, bertambahnya rejeki serta kebaikan, kemuliaan dan kesejahteraan hidup dunia maupun akhirat. Amien.

Sebagai manusia yang tidak pernah luput dari salah dan dosa, dan sebagaimana yang telah diperintahkan kepada kita dari yang Maha Kuasa, untuk selalu tolong-menolong dan berbuat kebaikan dengan sesama, maka ingatkanlah, jika saya keliru atau berbuat salah…

Wednesday, November 10, 2010

Hatta dan Kultus

"Kultus, demikian kata Mohammad Hatta, membuat daya kritis dan kewarasan kita hilang".

Karena ingin tetap waras, Mohammad Hatta mengirim surat perpisahan pada sahabatnya, Bung Karno Sang Putra Fajar. Setelah Bung Karno ditahbiskan jadi Presiden seumur hidup dengan seabrek gelar-gelar pengkultusan, dan itu diterima dengan welcome oleh Bung Karno, maka saat itu juga Hatta merasa perlu untuk mengambil jarak dari sahabat-nya itu, tanpa konfrontasi, tanpa menyakiti dan dengan elegan. Bacalah Memoir Bung Hatta, didalamnya tergambar bagaimana Hatta ingin mengatakan bahwa rakyat Indonesia akan menjadi rakyat tidak waras, bila sang pemimpin merasa nyaman kala dikultuskan, karena baginya, pemimpin bukan dijunjung setinggi langit tanpa cacat-cela. Pemimpin bagi putra Batuhampar ini ibarat filosofi Minangkabau, (hanya) ditinggikan seranting, didahulukan selangkah. Ada perhitungan, ada batas dan ada penghormatan yang rasional dan normal.

Thursday, October 28, 2010

Cara Memilih Lensa Kamera DSLR

Bingung memilih jenis atau model lensa yang cocok buat anda ? Pertimbangan-pertimbangan apa saja yang mesti diambil sebelum memutuskan memilih lensa ?
Saya akan sedikit berbagi pengetahuan mengenai Cara Memilih Lensa Kamera Digital SLR (Single Line Reflector).

Friday, June 25, 2010

Nasihat Ibu -Dari Timur- Kepada Anaknya Menjelang Perkawinan

Anakku, peliharalah dariku sepuluh perkara, niscaya dia akan menemanimu sepanjang masa:

Yang pertama dan kedua:
Terimalah pemberiannya -walau sedikit- dengan penuh rasa syukur dan perkenankanlah permintaanya dengan sopan dan penuh hormat.

Yang ketiga dan keempat:
Perhatikanlah tempat-tempat dimana matanya dapat tertuju atau hidungnya dapat menghirup. Jangan sampai ia melihat sesuatu yang buruk pada dirimu dan jangan juga hidungnya menghirup kecuali harum semerbak padamu

Wednesday, March 17, 2010

Lunasi Hutang-hutangmu

SUATU hari saya menghadiri pengajian di Jakarta yang isinya sederhana, namun cukup menyentuh hati. Pengajian ini dihadiri para eksekutif,profesional,intelektual, bahkan konglomerat yang haus siraman rohani.

Dalam pengajian itu seorang ustaz menyindir para jamaah tentang pentingnya membayar utang. Kurang lebih demikian katanya, “Saudara-saudara sekalian, sekarang Saudara sudah menjadi orang kaya,tapi tolong diingat apakah dulu ketika duduk di bangku sekolah atau kuliah masih mempunyai utang yang belum dibayar?

Friday, January 29, 2010

8 Hal

Syaqiq al-Balkhy pernah bertanya kepada muridnya Hatim al-Asham:
Syaqiq al-Balkhy,
"Sudah berapa lama Engkau belajar kepadaku ?"

Hatim al-Asham,
"Sudah tiga puluh tiga tahun."

Syaqiq al-Balkhy,
"Apa saja yang telah Engkau pelajari selama itu ?"

Hatim al-Asham,
"delapan masalah."

Syaqiq al-Balkhy,
"Inna Lillahi Wa Inna illaihi Rojiun. cuma delapan?"

Hatim al-Asham,
"Saya enggan berbohong, tapi sungguh memang hanya delapan."